Minggu, 08 September 2013

"Pertanyaan untuk sang teman"

Dahulu kala ada seorang pengembara yang amat pandai, hidupnya amat tenang karena ia suka memberi apa yang ia miliki.menurutnya di saat ia memberi terhadap sesama ia merasakan hal positif masuk ke dalam dirinya, konon setiap harta yang ia miliki hanya ia berikan kepada orang-orang fakir dan miskin ia tidak melibatkan hidupnya untuk dunia tetapi ia mendedikasikan hidupnya untuk orang lain, ia amat pandai karena ia banyak mendengar dan mendapati ilmu dari mengembara ke seluruh negeri. Diketahui namanya adalah Gyae, orang-orang memanggilnya Yae sebab mudah di ingat dan mudah di hafal.

Suatu ketika ada informasi beredar luas bahwa Gyae menghilang, banyak dari cerita yang beredar jika Gyae telah meninggal karena jatuh ke jurang. Orang-orang yang pernah di tolongnya pun merasa sedih dan berduka cita, padahal Gyae bersembunyi di hutan karena ia merasa orang-orang terlalu bergantung terhadap dirinya. Gyae pun mulai hidup menyendiri di hutan, ia keluar di malam hari dan terkadang ia memberikan sekantung gandum kepada orang yang membutuhkan.Dan orang-orang merasa arwah Gyae masih bergentayangan untuk membantu fakir dan miskin.

Di suatu wilayah yang sama, hiduplah orang yang kaya raya ia bernama Ing. Ia di kelilingi dengan hamparan kebun yang melimpah ruah namun ia tetap saja bersahaja di lain sisi ia di kelilingi tetangga yang iri terhadapnya , ia selalu bekerja dan terus bekerja karena dengan bekerja ia dapat melupakan orang-orang yang menaruh iri ataupun kedengkian terhadapnya. Suatu hari Ing pergi ke hutan, ia ingin berburu rusa dan
membawa sekantung beras dan gandum hasil panennya. Ing ternyata menginap selama tiga hari di hutan, dalam perjalanannya ke hutan ia memberikan sekatung besar beras hasil panennya ke pada orang-orang miskin ia juga memberikan gandumnya kepada janda-janda tua.

Ing, dengan perbekalan yang habis menuju hutan. Dalam perjalanan ke hutan ia hanya membawa persediaan air yang cukup dan bekal ubi-ubian. Ing berjalan dan terus berjalan menyusuri sungai dan melewati lembah yang amat gelap suatu ketika hujan lebat turun, Ing dengan sigapnya mencari tempat istirahat dan ia menemukan sebuah Goa yang terdapat perapian api yang hangat dan seekor kuda jantan hitam. Dengan terheran-heran Ing masuk, dan melihat di sekeliling Goa tersebut. pikirannya berubah aneh akankah ada perompak yang tinggal di sini, Ing melangkah terlalu dalam dan melihat seseorang yang sedang bermeditasi. Ing pun, mengamati orang tersebut dan merebus ubi-ubian yang ia bawa untuk ia lahap bersama orang yang sedang bermeditasi tersebut.

Orang yang bermeditasi tersebut, bangun dari tempatnya dan menghampiri Ing. "Siapa Dikau?" tanya sang meditasi. "Saya, Ing seorang saudagar " jelas Ing tanpa bertele-tele. "Saya Gyae, seorang pengembara" jelas Gyae, mereka mengobrol hingga larut malam. Ternyata Gyae dan Ing memiliki prinsip yang sama, dan kesamaan yang sama mereka pun menjadi sahabat dalam perjumpaan yang singkat. Gyae bercerita bagaimana ia pergi dari rumahnya untuk mengembara, dan Ing menceritakan tentang keluh-kesahnya terhadap tetangga-tetangganya.

Gyae menyuruh Ing, banyak bersabar karena dalam hidup manusia memang harus melewati tahapan kesulitan dalam hidupnya. Ing merasa nasihat dari Gyae amat lah berharga, segala yang ia ucapkan seperti hujan yang menyapu panas kemarau. Mereka melalui hari-hari di hutan dengan bersama-sama, seperti berburu, memanah dan bercocok tanam di hutan. Di hari ke tiga, Ing izin kepada Gyae untuk kembali ke rumahnya. Gyae pun membawakan beberapa bekal umbi-umbian kepada Ing. Ing pun pulang ke rumah, di dalam perjalanan ke rumah Ing bertemu dengan seorang janda dan memberikan bekalnya untuk janda tersebut.

Gyae, mengamati dari kejauhan dan merasa bahwa Gyae mendapat suatu pelajaran yang amat berharga dalam hidupnya. Dengan berlari yang amat sangat cepat Gyae menghampiri Ing dan ikut bersama Ing. Dalam perjalanan bersama Gyae, Ing merasa bahwa Gyae adalah orang yang amat terlalu baik terhadapnya, hingga Ing bertanya kepada Gyae. "Gyae, jika kita bertemu harimau apakah engkau akan berlari ?" Gyae, menjawab. "Tentu saja, sebab itu respon manusiawi ku". "Apakah engkau akan meninggalkan ku, teman?". Dengan bijak Gyae menjawab."Dalam perjalanan hidup ku, aku belum pernah melihat pengorbanan seorang teman hingga mengorbankan nyawanya, jadi lebih baik jika engkau dan aku bertemu harimau kita saling berlari saja". "Mengapa, engkau tidak mengorbankan nyawa mu demi teman mu ini?". Tanya Ing, "Sebab itu realita, hanya orang bodoh yang mau mengorbankan dirinya untuk teman" jawab Gyae. Gyae melontarkan pertanyaan."Apakah falsafah dalam berteman, menurutmu Ing?". Ing menjawab, "Hem, teman yang selalu ada di saat sulit adalah orang yang setia kawan". "Tapi, kenyataannya dalam pengembaraan ku tidak ada teman yang seperti itu, tahu kah kau lebih baik kita melindungi diri kita dan berbuat baik lebih banyak" jawab Gyae. Ing terdiam, ia mulai berpikir dan terus mencermati maksud dari obrolan Gyae.

"Menurut mu, sikap apakah yang harus di miliki seorang teman?". Tanya Ing kembali, "Memiliki sikap mandiri tentunya". Jawab Gyae "Boleh kah aku bercerita Ing?". Tanya Gyae, "Oh, tentu". Gyae mulai bercerita, "Semua orang jika di manjakan dengan hal yang mudah, itu akan menjadi candu dan manusia harus memiliki sikap mandiri, terkadang kita melihat ratapan iba di mana kita sering berpergian di suatu tempat namun hal seperti itu sudah lama ada, manusia memiliki sikap iba, tenggang rasa namun jangan mengesampingkan realita dari kehidupan. Banyak orang yang bicara hukum rimba, namun hal tersebut bukan menjadikan diri kita berkecil hati di lautan orang-orang yang tangguh dan kuat, jika kita kecil itu boleh bahkan mutlak di mata tuhan namun usaha kita untuk memiliki jiwa yang kuat dan tangguh itu jauh lebih bisa di harapkan dari seorang teman apa lagi jika selalu memberi nasihat kepada mu Ing". Ing tersenyum lebar, selama hidupnya belum ada orang yang memberi nasihat yang panjang seperti Gyae, Ing pun semakin bersemangat untuk menjalani hidup dan memaafkan tetangga-tetangganya. Begitupun Gyae, ia lebih memiliki sikap bijaksana memberi tapi bukan menjadikan seorang memiliki sifat pengemis tetapi mengayomi terhadap sesama.

Bersambung....

Nasihat yang dapat di petik :

"Sebaik-baiknya teman adalah teman yang memilki empati bukan hanya memilki sikap peduli tetapi kita banyak belajar terhadap sesama teman".
"Sebaik-baiknya teman yakni teman yang menegur jika kita melakukan hal yang salah bukan malah memaki".
"Teman yang baik adalah teman yang mendedikasikan kupingnya untuk mendengar segala keluh-kesah sahabatnya dan menjadikan hatinya sebagai penasihat".

Tidak ada komentar: