Jumat, 23 Agustus 2013

Sosial


Realitas Hidup

Kenyataan, hal yang nyata real itu terjemahan orang awam terhadap realita tapi jika yang dibahas realitas hidup pasti jawabnya keras. “Keras” kata orang yang tidak pernah mengerti kehidupan, keras karena hidupnya tidak pernah tersentuh susah tidak pernah di cemooh dan selalu di puji padahal pujian bagi saya dapat diartikan kata-kata yang bisa membuat kita lebih baik dari apa yang kita lakukan hari ini atau pujian itu sebuah racun. “racun” yang dapat membuat kita buta akan kemampuan yang ada pada diri kita, pujian hanya membuat kita menutup mata terhadap orang yang sangat membutuhkan kita ,di sekitar kita jangan di isi dengan orang-orang yang hanya mengenal arti kesenangan fana hanya di isi dengan tertawa dan terus tertawa hingga hati kita tertutup.  

Coba kita berpikir sejenak, apa-apa saja yang kita lakukan di hari ini, Apakah bermanfaat untuk orang lain? Apakah pantas, kita mendapatkan gaji kita atas apa yang kita kerjakan hari ini? Yah, kita tidak dapat memutar roda kehidupan seseorang namun kita juga tidak hanya melihat orang lain susah pada hari ini, kita jangan hanya menjalin relasi atas nama jabatan atau atas nama kesejahteraan tapi kita berikan apa yang kita dapat dan apa yang harus kita perbuat untuk mereka. Di masa ini apakah berbuat kebaikan terhadap yang membutuhkan itu langka?  Jawabnya relatif, kadang perbuatan positif menjadi negatife itu pandangan umum bagi orang-orang yang dekat dengan bisikan iblis.

Manusia bukan makhluk yang sempurna, tapi perbuatan kita harus sempurna apalagi soal kebaikan sebab kita tidak selamanya hidup di dunia, surga masih menunggu kita dan tuhan masih memberikan kesempatan berbuat baik bagi yang membutuhkan. Banyak orang yang senang memperlihatkan kesuksesannya, Apakah itu bermanfaat? Tidak, hanya menimbulkan keretakan antar sesama manusia. Alangkah baiknya kita berbagi, walau itu sebutir gandum atau sekecil butir pasir dan setetes air embun pagi namun bermanfaat ketimbang kita membicarakan harta orang lain yang belum rejeki kita.

                                                                   Oleh: Rahmita Sari

Tidak ada komentar: