Minggu, 28 Juli 2013

http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2010/09/belajar-menjadi-jurnalis-online.html

 

 

Oleh Satrio Arismunandar

Apakah yang dinamakan jurnalis? Secara sederhana, jurnalis adalah orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik, yaitu pekerjaan yang berkaitan dengan pemberitaan. Pekerjaan itu mencakup antara lain: meliput peristiwa, mewawancarai narasumber, menulis berita, mengedit berita, menyiarkan berita melalui media massa, mengambil gambar peristiwa, dan sebagainya.

Pekerjaan jurnalis berkaitan erat dengan media massa, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi/berita dari si jurnalis kepada khalayaknya. Media massa terbagi menjadi media cetak (suratkabar, majalah), media elektronik (radio, TV), dan media baru (media online).

Pengertian ”media baru” bisa berkembang meluas, sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Sebagai contoh, handphone sendiri pada dasarnya sudah menjadi media baru juga, karena handphone bukan lagi sekadar alat buat menelepon. Pengguna handphone sekarang bisa mengakses berita dan menonton siaran TV lewat handphonenya. Tetapi, untuk kepentingan kita saat ini, ”media baru” kita batasi pada media online.

Dua Macam Media Online

Dari segi penulis beritanya, media online saya bagi menjadi dua jenis. Pertama, media online yang penulis beritanya dibatasi pada wartawan profesional atau karyawan dari media bersangkutan. Media seperti detik.com, vivanews.com, okezone.com, kompas.com, termasuk kategori ini. Kalau toh ada orang luar yang bisa menulis berita di sana, biasanya hanya diberi ruang yang sangat terbatas dan tidak signifikan. Misalnya, ada rubrik ”berita dari kampus,” yang isinya adalah berita atau tulisan karya mahasiswa dari mana saja.

Kedua, media online yang membuka diri dan memberi tempat utama bagi berita-berita yang ditulis oleh warga biasa, bukan jurnalis profesional. Para penulisnya bukan karyawan media bersangkutan dan tidak digaji oleh media bersangkutan. Para penulis ini juga bukan penulis tetap, karena tidak ada kewajiban untuk menulis dalam jumlah tertentu. Sifat penulisannya sukarela. Siapa saja boleh menulis, dan jika bosan juga boleh menarik diri tanpa sanksi apa-apa. Walaupun demikian, biasanya bisa kita tandai penulis-penulis tertentu, yang lebih rajin atau lebih produktif daripada yang lain dalam mengirimkan karyanya. Media seperti wikimu.com, adalah salah satu contohnya.

Jangan dilupakan pula situs-situs pribadi atau weblog, di mana para pemiliknya bisa menuliskan apa saja di situs/blog miliknya tersebut. Yang dituliskan mulai dari urusan remeh temeh (kegiatan sehari-hari yang bersifat pribadi), berita aktual yang dilihat/dialami sendiri oleh penulisnya, atau artikel ilmiah dan serius karya pemilik situs/blog bersangkutan.

Tetapi, jika kita bicara dalam konteks jurnalisme, tentu yang ditekankan di sini adalah penulisan berita, yang diharapkan menarik untuk dibaca oleh khalayak yang lebih luas. Jadi, fakta atau peristiwa yang diberitakan adalah hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, bukan masalah pribadi (putus cinta, sakit perut, bertengkar dengan pacar, dan sebagainya).

Pemilihan Topik Berita


Pertanyaan berikutnya, topik apa yang layak diberitakan di media online? Menurut saya, topik yang layak diberitakan tentunya merujuk ke standar kelayakan berita, yang biasa diterapkan di media-media profesional. Secara prinsip, kriteria kelayakan berita ini sebetulnya sama saja untuk media cetak, elektronik, ataupun online.

Ini adalah sejumlah kriteria kelayakan berita yang bersifat umum:

Penting. Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Tentu saja, media tidak akan rela memberikan space atau durasinya untuk materi liputan yang remeh. Kenaikan harga bahan bakar minyak, pemberlakuan undang-undang perpajakan yang baru, dan sebagainya, jelas penting karena punya dampak langsung pada kehidupan khalayak.

Aktual. Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi. Maka, ada ungkapan tentang berita “hangat,“ artinya belum lama terjadi dan masih jadi bahan pembicaraan di masyarakat. Kalau peristiwa itu sudah lama terjadi, tentu tak bisa disebut berita “hangat,” tetapi lebih pas disebut berita “basi.” Namun, pengertian “baru terjadi” di sini bisa berbeda, tergantung jenis medianya. Untuk majalah mingguan, peristiwa yang terjadi minggu lalu masih bisa dikemas dan dimuat. Untuk suratkabar harian, istilah “baru” berarti peristiwa kemarin. Untuk media radio dan televisi, berkat kemajuan teknologi telekomunikasi, makna “baru” adalah beberapa jam sebelumnya atau “seketika” (real time). Contohnya, siaran langsung pertandingan sepakbola Piala Dunia.

Unik.
Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Orang digigit anjing, itu biasa. Tetapi, orang mengigit anjing, itu unik dan luar biasa. Contoh lain: Seorang mahasiswa yang berangkat kuliah setiap hari, itu kejadian rutin dan biasa. Tetapi, jika seorang mahasiswa menembak dosennya, karena bertahun-tahun tidak pernah diluluskan, itu unik dan luar biasa. Di sekitar kita, selalu ada peristiwa yang unik dan tidak biasa.

Asas Kedekatan (proximity). Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita (khalayak media), lebih layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari kita. Kebakaran yang menimpa sebuah pasar swalayan di Jakarta tentu lebih perlu diberitakan ketimbang peristiwa yang sama tetapi terjadi di Ghana, Afrika. Perlu dijelaskan di sini bahwa “kedekatan” itu tidak harus berarti kedekatan fisik atau kedekatan geografis. Ada juga kedekatan yang bersifat emosional. Agresi Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, misalnya, secara geografis jauh dari kita, tetapi secara emosional tampaknya cukup dekat bagi khalayak media di Indonesia.

Asas Keterkenalan (prominence).
Nama terkenal bisa menjadikan berita. Sejumlah media pada Juni-Juli 2006 ramai memberitakan kasus perceraian artis Tamara Bleszynski dan suaminya Teuku Rafli Pasha, serta perebutan hak asuh atas anak antara keduanya. Padahal di Indonesia ada ratusan atau bahkan ribuan pasangan lain, yang bercerai dan terlibat sengketa rumah tangga. Namun, mengapa mereka tidak diliput? Ya, karena sebagai bintang sinetron dan bintang iklan sabun Lux, Tamara adalah figur selebritas terkenal.

Magnitude. Mendengar istilah magnitude, mungkin mengingatkan Anda pada gempa bumi. Benar. Magnitude ini berarti “kekuatan” dari suatu peristiwa. Gempa berkekuatan 6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya, dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks peristiwa untuk diliput, sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan 10.000 buruh, tentu lebih besar magnitude-nya ketimbang demonstrasi yang cuma diikuti 100 buruh. Kecelakaan kereta api yang menewaskan 200 orang pasti lebih besar magnitude-nya daripada serempetan antara becak dan angkot, yang hanya membuat penumpang becak menderita lecet-lecet. Semakin besar magnitude-nya, semakin layak peristiwa itu diliput.

Human Interest.
Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput. Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan, kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain. Topik-topik kemanusiaan semacam ini biasanya disajikan dalam bentuk feature.

Unsur konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, juga menarik untuk diliput. Ketika ppahlawan sepakbola Perancis, Zinedine Zidane, “menanduk” pemain Italia, Marco Materrazzi, dalam pertandingan final Piala Dunia, Juli 2006 lalu, ini menarik diliput. Mengapa? Ya, karena sangat menonjol unsur konflik dan kontroversinya. Bahkan, kontroversi kasus Zidane ini lebih menarik daripada pertandingan antara kesebelasan Perancis dan Italia itu sendiri.

Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media. Pengertian trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang saja. Misalnya, suatu gaya mode tertentu yang unik, perilaku kekerasan antar warga masyarakat yang sering terjadi, tawuran antarpelajar, dan sebagainya.

Dalam memilih topik liputan, bisa saja tergabung beberapa kriteria kelayakan. Misalnya, kasus mantan anggota The Beatles, John Lennon, yang pada 1980 tewas ditembak di depan apartemennya di New York oleh Mark Chapman. Padahal beberapa jam sebelumnya, Chapman sempat meminta tanda tangan Lennon. Chapman mengatakan, ia mendengar “suara-suara” di telinganya yang menyuruhnya membunuh Lennon.

Mari kita lihat kriteria kelayakan berita ini. Pertama, Lennon adalah seorang selebritas yang terkenal di seluruh dunia (unsur keterkenalan). Kedua, penembakan terhadap seorang bintang oleh penggemarnya sendiri, jelas peristiwa luar biasa dan jarang terjadi (unsur keunikan). Ketiga, meskipun peristiwa itu terjadi di lokasi yang jauh dari Indonesia, para penggemar The Beatles di Indonesia pasti merasakan kesedihan mendalam akibat tewasnya Lennon tersebut (unsur kedekatan emosional). Dan seterusnya.

Struktur Tulisan dan Teknik Penulisan


Untuk memancing perhatian pembaca, judul dan lead (alinea pembuka awal dari suatu tulisan) sangatlah penting. Jika judulnya saja sudah tidak menarik, orang tidak tergerak untuk membaca beritanya. Jika lead-nya tidak menarik, orang akan berhenti membaca setelah alinea pertama. Sesudah judul dan lead, bagian berikutnya adalah tubuh berita dan penutup.

Bagaimana cara atau teknik penyampaian informasi dalam berita? Teknik penulisan berita yang standar di media massa (cetak) dan paling sederhana adalah yang kita namakan gaya penulisan piramida terbalik. Artinya, tulisan selalu dimulai dengan hal yang paling penting atau paling menarik, kemudian berlanjut ke hal-hal yang kurang penting, sampai ke hal yang paling tidak penting.

Dengan gaya penulisan berita semacam ini, akan memudahkan editor atau redaktur dalam menyunting. Jika ada keterbatasan ruang (space) untuk memuat tulisan, editor atau redaktur tidak usah repot. Mereka tinggal memotong bagian bawah tulisan tanpa khawatir akan mengganggu pesan yang mau disampaikan. Hal ini karena hal-hal yang terpenting sudah disampaikan pada alinea pertama.

Gaya penulisan piramida terbalik umumnya cocok untuk berita-berita yang bersifat ”keras” (hard) dan perlu segera diberitakan, seperti berita kriminalitas, politik, kecelakaan, bencana alam, dan sebagainya. Informasi yang disampaikan terutama adalah fakta-fakta pokok menyangkut berita bersangkutan. Bahasanya langsung, lugas, ringkas, tidak bertele-tele, dan tidak berbunga-bunga. Coba dilihat contoh berita dari detik.com ini:

Jumat, 27/08/2010 22:37 WIB
Gunung Sinabung Berasap, Warga 15 Desa Kabupaten Karo Mengungsi
Djoko Tjiptono,Khairul Ikhwan - detikNews

Medan - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) mengeluarkan asap tebal. Ratusan warga dari 15 desa pun mengungsi. Mereka mengungsi ke Kecamatan Brastagi dan Kecamatan Kabanjahe.

Demikian disampaikan Staf Khusus Presiden bidang bencana Andi Arif dalam pesan singkat yang diterima detikcom, Jumat (27/8/2010).

Desa-desa yang sudah dievakuasi yaitu Desa Sigarang-garang, Desa Kuta Rakyat, Desa Gugung, Desa Sukanalu, Desa Simacem, Desa Bakera, Desa Berastepu, Desa Sukadebi, Desa Kuta Tonggal, Desa Sukatepu, Desa Kuta Tengah, Desa Gambir, Desa Deskati, Desa Gung Pinto dan Desa Kuta Belin

"Posisi desa-desa tersebut terdekat dengan kaki Gunung Sinabung," kata Andi.
Desa tersebut berada di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Naman, Kecamatan Naman Teran, dan Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumut. Sementara warga Kecamatan Brastagi mengatakan sudah banyak warga dari 3 kecamatan yang mengungsi ke wilayahnya bermukim.

"Ini memang sudah banyak warga yang datang kemari karena khawatir ada letusan," kata Plawi (45), warga Kecamatan Brastagi kepada detikcom. (nwk/nwk)

Selain berita ”keras”, ada juga berita-berita yang lebih bersifat ”lunak” (soft). Biasanya ini berita yang menyangkut manusia (human interest), seperti tentang kehidupan artis, profil seorang seniman tradisional, keindahan lokasi wisata Bunaken, dan sebagainya. Informasi yang disampaikan adalah hal-hal yang menghibur atau menarik, meski mungkin tidak terlalu penting atau mendesak untuk diketahui. Gaya penulisan yang lebih luwes, tidak terlalu lugas, digunakan untuk berita semacam ini. Lihat contoh ini:

Jumat, 27/08/2010 22:02 WIB
Marshanda Berjilbab Setelah Mimpi Kiamat
Komario Bahar – detikhot

Jakarta Artis Marshanda memutuskan untuk mengenakan jilbab setelah mendapatkan mimpi buruk. Selama beberapa hari, bintang sinetron 'Sejuta Cinta Marshanda' itu sempat bermimpi tentang kiamat.

"Lima hari berturut-turut itu mimpinya kiamat, kayak film 'Armageddon' gitu dan aku takut banget," ujarnya saat ditemui dalam acara santunan untuk anak yatim di Hotel Sofyan, Jalan Cut Mutia, Menteng, Jakarta, pada Jumat (27/8/2010).

Marshanda mengaku sedikit risih saat pertama kali mengenakan pakaian tertutup. Perempuan yang akrab disapa Chacha itu pun sempat tidak konsisten dengan keinginannya itu.
"Saat itu aku belum konsisten, pas tanggal 12 Juni, itu aku semakin menyadari, aku dibuka banget matanya untuk bersyukur," ungkap kekasih Ben Kasyafani itu.

Kini, Marshanda telah memutuskan untuk terus mengenakan jilbab. Ia juga siap menolak tawaran main sinetron jika harus membuka kerudungnya itu.
"Insya Allah setiap ada sinetron aku mau tetap pakai jilbab, kalau harus melepas aku nggak mau," ujarnya.(nu2/hkm)


Pengaruh Perbedaan Format Media

Meskipun banyak persamaan dalam teknik menulis berita buat media cetak dan media online, format media online juga membutuhkan penyesuaian sendiri. Mungkin akan terlalu panjang untuk dijelaskan dalam makalah singkat ini. Penyesuaian semacam itu juga berlaku untuk penulisan naskah berrita untuk media televisi, yang tidak bisa panjang-panjang (satu berita di media TV hanya berdurasi sekitar 1,5 menit sampai 2 menit).

Kekuatan dan keterbatasan Media Online:


Keterbatasan layar (screen limitations)

Tulisan panjang yang menuntut scrolling tidak memenuhi kriteria kemudahan diakses. Pilihlah jenis font, ukuran font, spasi baris dan warna, untuk mengurangi kelelahan mata, dan memudahkan dibaca.

Panjang halaman

Ada beberapa pandangan tentang panjang halaman. Ada yang mengusulkan, format sebaiknya maksimal satu halaman. Jika tulisan lebih panjang, disambung di halaman berikutnya. Namun, ada juga yang kurang suka dengan format beberapa halaman, karena akan meminta waktu download lebih lama.

Akan lebih baik jika kita melengkapi dengan hypertext links di awal artikel yang panjang, sehingga pengunjung bisa pergi langsung ke bagian tulisan yang dianggap relevan. Tujuannya adalah untuk memudahkan dan mempercepat dalam menavigasi situs web tersebut. Dalam konteks Indonesia, di mana banyak orang tidak memiliki sistem operasi dan saluran Internet yang cepat, ada baiknya jika kita membuat file-file berukuran pendek (kecil).

Isyarat navigasi (Navigation cues)

Dibandingkan media lain, navigasi di media online memberi peluang unik bagi penulis. Media lain memiliki cara presentasi tunggal yang tetap (fixed), dan pembaca harus menerima format itu apa adanya. Sebaliknya, pengguna web menentukan sendiri jalur yang dilalui di situs bersangkutan. Sedangkan berbagai struktur informasi dimungkinkan tampil secara serempak. Penulisan media online yang baik adalah penulisan yang memudahkan bagi pengunjung untuk menemukan, selain membaca informasi.

Hal ini tidak berarti tampilan situs online harus dipenuhi dengan hypertext links secara tak beraturan. Sebaliknya, desain web yang efektif menuntut kejelasan bagi pengunjung, di mana mereka bisa menemukan informasi yang mereka butuhkan. Tabel isi, peta situs, dan isyarat navigasi, semua itu membantu pengunjung situs untuk mengetahui di mana posisinya dan ke mana ia harus mencari informasi yang diinginkan.

Web pada intinya adalah tentang koneksi. Internal hyperlinks memungkinkan pengunjung untuk pindah ke bagian lain dari teks atau ke halaman lain di situs yang sama. Links lain membawa si pengunjung ke situs-situs web eksternal, untuk mencari tambahan informasi.


Kemungkinan-kemungkinan Multimedia


Web memungkinkan integrasi seluruh media –teks, visual, audio, gerak, dan animasi- menjadi satu paket. Hal ini menuntut penulis di media online untuk mempertimbangkan relevansi, bukan cuma teks, tetapi juga teks dibandingkan dengan format-format lain.

Mengapa Anda harus menuliskan teks pidato Presiden SBY di situs web, jika Anda bisa memperdengarkan suaranya dalam format audio? Mengapa Anda harus menjelaskan sebuah paket perangkat lunak, jika pengunjung situs dapat mencobanya sendiri secara online atau mendownload sebuah contoh peragaan?

Salah satu strateginya adalah menyediakan semua media yang dimungkinkan, sehingga pengunjung dapat mengaksesnya pada saat membutuhkan, dan sejauh kapasitas komputer mereka memungkinkan.

Di titik ekstrem lain adalah Anda justru tidak memberi perlengkapan, kemasan, dan asesoris yang macam-macam di situs Anda. Jadi, formatnya adalah sebanyak mungkin teks, dan sesedikit mungkin grafis. Penyederhanaan tampilan ini akan memudahkan semua pengunjung, untuk mengakses informasi di situs Anda, tanpa takut terhambat oleh kelemahan atau kekurangan kapasitas di komputer mereka.

Menulis untuk Media Online

Menulis untuk media online menuntut kita untuk sadar tentang kemampuan grafis dari Web, dan tentang rute-rute yang akan dinavigasi oleh pembaca/pengunjung situs. Hal ini semakin memberi penekanan pada pendekatan tim (team approach) dalam penulisan di web. Para anggota tim akan membawa keterampilan khusus yang berbeda-beda, seperti: pengembangan isi (content), presentasi, produksi, riset dan pengujian, dan tentu saja penulisan.

Membuat informasi bisa dikelola (Manageable):


Salah satu tujuan teks yang baik adalah membuat pembaca merasa nyaman dengan posisi mereka, di mana mereka sekarang dan ke mana mereka mau pergi. Hal yang sama juga berlaku bagi “teks” di media online. Itu harus membuat para pengunjung situs merasa nyaman dengan informasi yang bisa mereka akses, dan jalur yang harus mereka ambil untuk mengaksesnya.

Hal ini berarti Anda harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

Buatlah teks itu singkat. Hadirkan informasi dalam ukuran bytes yang kecil, tak lebih dari dua layar panjangnya. Gunakan link-link untuk memberi opsi pada pembaca untuk mengakses informasi lebih jauh, jika ia menginginkannya.

Berilah label pada halaman, seksi, dan link secara jelas. Pengguna tidak boleh harus bertanya “di mana saya?”, bahkan jika dia masuk ke situs web di tengah-tengah. Situs web dengan demikian harus diorganisasikan secara sederhana dan logis. Setiap halaman panjangnya hanya satu layar, tetapi ada link-link yang diberi label secara jelas untuk tingkat rincian yang lebih mendalam.

Berikan arahan (directions). Walau format dan lokasi tombol-tombol navigasi mungkin dipandang sebagai bagian dari desain Web, tampaknya menjadi tanggung jawab penulis untuk memastikan bahwa topik-topik dipilih dengan mempertimbangkan aspirasi pengguna. Topik-topik itu akan memberikan sejumlah opsi yang diinginkan oleh publik.


Jakarta, 28 Agustus 2010

*Satrio Arismunandar adalah Executive Producer di Divisi News Trans TV. Pernah menjadi jurnalis di Harian Pelita (1986-88), Harian Kompas (1988-1995), Majalah D&R (1997-2000), dan Harian Media Indonesia (2000-2001). Ia juga menjadi pengajar tidak tetap di Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia dan President University, Jababeka.

E-mail: satrioarismunandar@yahoo.com
Blog: http://satrioarismunandar6.blogspot.com
HP: 0819-0819-9163

Tidak ada komentar: